Berbicara tentang tempat wisata Pekanbaru rasanya memang agak – agak sulit menjawabnya. Maklum saja, ibukota provinsi Riau ini acap kali dikenal dengan sebuah kota perdagangan dan jasa. Tetapi kota ini masih menyimpan berbagai potensi tempat yang menarik untuk dikunjungi, salah satunya adalah kawasan Kampung Bandar.
Apalagi berbicara tentang destinasi wisata, tak ada salahnya jika berbicara mengenai wisata yang tak harus identik dengan kegiatan alam ataupun kegiatan – kegiatan urban lainnya. Begitu pula dengan kawasan Kampung Bandar yang memiliki sejarah dengan bangunan – bangunan tuanya serta mengenal pucuk pangkalnya berdirinya kota Pekanbaru di kawasan ini.
Kali ini dalam rangkaian acara Riau Festival 2019, saya bersama – sama dengan teman – teman dari Bloger Pekanbaru berkesempatan untuk menyusuri tempat ini dan juga berbagai rangkaian acara lainnya. Disini kami memulai mendapatkan informasi bagaimana pada awalnya kawasan ini bisa menjadi tempat yang bersejarah dalam berdirinya kota Pekanbaru, yang sudah pernah saya tulis sebelumnya saat liburan ke Pekanbaru bersama Pekanbaru Heritage Walk.
Susur tempat wisata Pekanbaru Kampung Bandar.
Terletak di tepian sungai siak, kelurahan Kampung Bandar, Kecamatan Senapelan atau mulai dari di bawah Jembatan Siak III hingga sampai dikawasan pelabuhan lama Pelindo Pasar Bawah. Saya dan teman – teman mulai menyusuri satu persatu lokasi di Kampung Bandar.
Yang pertama kami kunjungi tentu saja Rumah Singgah Sultan Siak. Rumah panggung yang memiliki teksur warna kuning, biru dan cream ini merupakan tempat dimana Sultan Syarif Kasim II pertama kali turun dan beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan ke Mesjid Nur Alam (Mesjid Raya Pekanbaru) untuk beribadah dan menginap di Istana Hinggap atau kediaman Tuan Qadhi.
Setelah dari rumah singgah, kami melanjutkan ke rumah tenun Kampung Bandar, yang kini disekitarnya penuh dengan mural – mural cantik yang sudah dibuat oleh berbagai komunitas seni dan mural Pekanbaru dalam meramaikan event Riau Festival 2019. Rumah tenun sendiri merupakan sebuah tempat yang penenunan songket atau tenun Siak yang ada di Kampung Bandar. Dari informasi yang saya terima, rumah ini didirikan oleh H. yahya seorang pengusaha getah yang terkenal pada tahun 1887. Di rumah ini juga dimanfaaatkan sebagai tempat proses pembelajaran pembuatan tenun songket dimana dikelola oleh para ibu-ibu dan remaja – remaja putri ada di kawasan kampung ini.
Kami selanjutnya berkeliling dan menelusuri kampung ini, banyak terlihat spot – spot mural yang instagramable yang bisa menarik minat wisatawan dan juga menjadikan lokasi ini sebagai tempat wisata Pekanbaru. Sepanjang gang sempit kampung ini, banyak dinding – dinding dihiasi mural yang merupakan karya para anak muda, seniman dan komikus Riau yang peduli dengan kampung ini. Apalagi sebelumnya, beberapa waktu lalu tempat ini dilanda kebarakan hebat, sehingga banyak rumah warga yang terdampak.
Lokasi kebakaran yang lalu pun dihias pada kegiatan Riau Festival 2019 ini. Ada berbagai mading dan juga dokumentasi foto – foto sejarah asal usul kampung bandar dan juga kota madani ini. Sehingga para pengunjung juga bisa mendapatkan “nyawa” sejarah Kampung Bandar sebagai pintu gerbang dari kota Pekanbaru. Sambil diiringi oleh acara standup comedy yang mengocok perut warga dan pengunjung kampung ini. Selain itu tampak juga ada Festival Kuliner Kampung yang di gawangi oleh ibu-ibu kampung dan dijual di rumah-rumah panggung milik mereka.
Setelah puas tertawa dan menikmati kuliner lokal kami teruskan perjalanan kami melihat tempat wisata Pekanbaru menuju pelabuhan dan gudang lama Pelindo. Pelabuhan yang berada di sisi Sungai Siak ini dulunya merupakan sebuah dermaga yang dibangun oleh Pemerintah Hindi Belanda sebagai pintu gerbang ekonomi kawasan Senapelan dan Pusat Perniagaan (bandar) yang pada saat itu bertujuan untuk mengambil pungutan (cukai) oleh pemerintah Belanda pada tiap barang yang digunakan untuk berdagang yang lalu diangkut melalui kapal. Dimana selanjutnya diserahkan kepada Kerajaan Siak Sri Indrapura. Pada masa jayanya, gudang – gudang di pelabuhan ini penuh dengan bermacam komoditas dan barang – barang yang akan dikirimkan menuju Singapura melalui Selat Malaka.
Sedangkan pada event Riau Festival 2019 ini, tempat ini disulap menjadi tempat puncak acara festival. Lagi – lagi kami melihat banyak anak – anak muda dan komunitas menghias dan menyulap tempat ini dengan mural kerennya menjadi Massive Ground Mural. Tentu saja kesempatan seperti ini tidak kami sia – siakan. Kami yang hadir berlomba- lomba mengabadikan momen tersebut.
Pada acara puncaknya, ada pentas seni yang sangat dinikmati para peserta, padahal saat itu harus diundur karena hujan. Pentas seni ini dimulai dengan penampilan tari kontemporer dari Wan Dance Studio yang diisi oleh para penari tradisi yang digawangi oleh Wan Harun. Acara tari ini sangat memukau bagi saya pribadi, diiringi dengan sedikit gerimis.
Ada juga pempilan Randai Kuansing, juga pemapilan dari Freza & Friends yang selama 20 tahun terakhir adalah satu-satu nya penyanyi solo dari Kota Bertuah yang tahun lalu mendapatkan kontrak rekaman dengan Major Label Trinity Optima dari Jakarta. Lagu lagunya pun banyak mendapatkan apresiasi dari warga pada malam itu.
Selanjutnya dalan event Riau Festival ini juga menampilkan bintang utama Geliga Jazz dari Pekanbaru yang berkolaborasi dengan Bintang Indrianto, Kadek Rihardika (FusionStuff) dan Bonita (Bonita and the Hus Band), membawa kan musik2 karya Eri Bob (Geliga Jazz) dan beberapa lagu lain yang bertemakan jazz dan melayu.
Keseruan terus berlanjut walau dalam kondisi gerimis, pembagian door prize membuat acara semakin ramai. Sayangnya saya tidak berkesempatan mendapatkannya. Mungkin lain kali.
Oh iya sedikit bercerita tentang Riau Festival yang merupakan event pesta rakyat milenial dimana difokuskan untuk meng-apresiasi seni melayu dan sejarah kota Pekanbaru. Acara ini di sajikan dengan cara kekinian dan unik yang memiliki tujuan untuk melestarikan seni melayu dan sejarah serta memperlihatkan kepada kaum kreatif muda jika seni melayu dan sejarah itu adalah kekayaan kultur kota Pekanbaru yang layak untuk dipertahankan dan dikembangkan.
Kegiatan ini diprakarsai oleh Pekanbaru Heritage Walk (PHW) yang merupakan sebuah komunitas peduli sejarah kota Pekanbaru yang didirikan pada bulan Maret tahun 2017. PHW mewujudkan sebuah kegiatan walking tour mengelilingi kota tua Kampung Bandar Pekanbaru yang menjadi salah satu potensi destinasi sejarah.
Mudah – mudahan dengan adanya festival seperti ini bisa menjadikan Kampung Bandar menjadi tempat wisata Pekanbaru yang ramai dikunjungi.