Ada baiknya terlebih dahulu membaca artikel liburan ke Penang, Malaysia Part 1 ya kak, sehingga bacanya ga bingung dan mudah dipahami.
Setelah beristirahat dan mengganti baju di tempat kami menginap, selanjutnya kami pergi ke Masjid Kapitan yang penuh sejarah untuk melaksanakan shalat zuhur. Alhamdulillahnya dari The Frame Guesthouse tempat kami menginap cuma berjarak sekitar 3 – menit saja. Dan juga betapa beruntungnya kami bisa menikmati Nasi Kandar Beratur yang juga terletak di samping masjid.
Liburan ke Penang, Makan Siang dan Shalat di Masjid Kapitan Keling
Pada saat memilih penginapan tak pernah terbayangkan bakal dekat dengan masjid tertua di Penang ini. Dari papan informasi yang ada di masjid ini, ternyata berdiri sejak tahun 1801. Kental dengan arsitektur timur tengah, masjid ini menjadi saksi berkembangnya agama islam di Penang. Dengan interior minimalis dan di dalamnya juga cukup menarik mirip seperti bangunan – bangunan yang ada di Turki. Masjidnya juga cukup besar dan ada kolam besar sebagai tempat mengambil air untuk berwudhu.
Tentunya beribadah di masjid ini tidak ada larangan, hanya saja jika ada wisatawan yang datang dan bukan beragama islam, diwajibkan untuk menutup aurat dengan sarung atau kain yang sudah disiapkan oleh manajemen/ penjaga di masjid.
Sebelumnya ada juga beberapa pertanyaan saya kenapa ada kata keling, tetapi saya tidak menemukannya disana. Dari informasi yang ada di Internet, kata Keling digunakan karena banyak warga India yang datang ke pulau Penang mempunyai warna kulit keling atau warna gelap mengkilat.
Nasi Kandar Beratur
Setelah melaksanakan shalat Zuhur, kami lalu melanjutkan makan siang tepat di sebelah masjid. Nama tempatnya Nasi Kandar Beratur, yang menurut google maps sebagai tempat yang recomended untuk makan selama liburan ke Penang. Dan ternyata itu benar, dengan harga yang lumayan murah dibandingkan nasi kandar lainnya yang pernah saya coba di Kuala Lumpur. Rasanya enak dan yang pasti potongan ayamnya dewa, alias besar banget. Belum lagi kuah kari gulainya yang menggoda, saya minta sampai banjir, juga di temani dengan Tea O Ice aka Teh Es. Porsi nasinya juga banyak, tetapi tetap saja saya nambah hahaha.
Walaupun tempatnya kecil, tetapi antrian cukup lumayan. Wajar saja, menurut saya tempat ini memang layak di kunjungi dan dicoba masakannya. Oh iya sebelumnya banyak yang bilang tempat ini bukanya malam, tapi entah kenapa siang itu buka ya.
Setelah puas makan dan beristirahat sejenak, kami melanjutkan perjalanan dengan mulai mencari berbagai mural yang berada di Armenian Street.
Mural di Armenian Street
Jalan yang menjadi salah satu zona utama Situs Warisan Dunia UNESCO di George Town ini pada awalnya bernama “Malay Lane” yang berubah menjadi Armenian Street seiring menjadi tempat kedudukan dari Armenia pada tahun 1808. Walaupun jalan yang juga dikenal dengan nama Lebuh Armenian ini hanya merupakan jalan atau gang kecil saja, namun sangat terkenal di George Town. Jalan – jalan banyak dipenuhi berbagai macam bentuk seni jalanan atau mural yang kaya akan persembahan berbagai macam budaya di Penang. Dibalik itu semua ada Ernest Zacharevic, seorang seniman yang berasal Lithuania yang menjadi aktor dibalik terwujudnya street art mural cantik dan menjadi buruan traveler.
Di lokasi ini, saya, teman – teman dan berbagai traveler dari berbagai macam negara berburu untuk bisa berfoto dengan background mural – mural cantik khas jalan ini. Padahal di Indonesia sendiri tempat – tempat ini banyak di buat namun urung diramaikan. Oh iya ada banyak mural yang bisa ditemui, tetapi dari bermacam mural itu ada juga yang sudah mulai hilang. Dan yang paling gregetan adalah saat ingin berfoto yang memang harus antri bareng traveler lain.
Selain mural, di jalan ini saya dan teman – teman juga banyak menemukan rumah rumah atau bangunan tua, kuil, toko souvenir dan berbagai macam toko barang antik. Wajar saja tempat ini menjadi warisan UNESCO, karena masih terjaga. Dalam perjalanan berburu mural di jalan ini saya juga melihat rumah klan Tiongkok dengan bentuk bangunan khasnya yang ternyata bernama Khoo Kongsi. Bangunan megah yang berdiri sejak 1906 ini bisa dikatakan menjadi salah satu destinasi di George Town yang juga banyak dikunjungi traveler.
Setelah puas berfoto dan mengabadikan momen, kami terus melanjutkan perjalanan ke Chew Jetty.
Perkampungan Nelayan Chew Jetty
Sibuk mencari mural di gang – gang kecil membuat kami sampai di sebuah perkampungan nelayan bersejarah yang akrab disebut Chew Jetty. Perkampungan terapung ini memang pada awalnya hanya dijadikan sebagai tempat tinggal ataupun pengungsi dari Tiongkok yang melarikan diri dari perang pada abad ke-18. Para pengungsi ini kemudian mendirikan perkampungan sederhana di tepi laut dengan bahan kayu/papan. Sampai sekarang mereka hidup turun temurun dan menjadi nelayan di kawasan terserbut.
Saat ini malah tempat ini menjadi kawasan yang terus tumbuh menjadi situs warisan dunia dan bahkan menjadi destinasi wisata yang harus didatangi bagi para traveler seperti saya. Di tempat ini saya dan teman – teman yang lain bersantai sejenak menikmati angin berdesir di pantai dan membeli berbagai souvenir. Yang unik di lokasi ini ada es krim durian dan puff durian yang ramai dikunjungi traveler. Tapi saya ga beli, karena takut ga halal dan cocok dengan saya.
Kulineran
Setelah explore Chew Jetty lalu kembali ke hostel, saya dan teman – teman melanjutkan perjalanan untuk mencari makan pada malam harinya. Tetapi karena capek akhirnya cari makan di sekitar Chulia Street Night Market/ Hawker Stall dan jalan – jalan ke First Avenue Penang. Ada berbagai macam kuliner yang ada di lokasi ini, tapi kebanyakan membuat saya bingung apakah halal atau tidak. Sampai akhirnya saya menemukan ibu – ibu yang berjualan dengan menggunakan jilbab dan meyakinkan saya tempat itu halal. Selain halal tentu saja harga juga menjadi pertimbangan saat liburan singkat ini hahaha. Finally saya hanya makan mie rebus plus teh tarik saja, sedangkan teman – teman yang lain ada juga yang membeli burger dan makanan lainya.
Setelah selesai makan malam, kami pun balik ke hostel, karena pada pagi harinya kami harus ke bandara karena harus balik ke Kuala Lumpur. Ah… mudah mudahan ada rezeki untuk liburan ke Penang dengan waktu yang lebih lama.
Sedapnyeee… Penang ni masih jadi wishlist nih. Menarik banget lokasinya.
mudah mudhaan ada kesemoatan kak ath
Kalo nasi kandar beratur sebelah kapitan Keling itu memang ada buka pagi sampai siang..lepas tuh tutup…nah kalo ruko sebelahnya bukanya malam jam 10 sampai pagi…. Mungkin kenangan Abang ke Penang menyenangkan jadi pengen balik sana….
insha allah dimudahkan dan diberikan rezekinya. aamiin
Pas aku ke Penang juga hostelku deket Masjid Kapitan Keling. Cuma waktu itu aku nggak masuk ke dalam, lewat aja karena udah malem. Saat itu masih pertama-tama jadi traveler, belum becus mencari informasi dan menyusun itinerary. Bahkan mural-muralnya yang khas aja aku nggak tau 🙁
Penang itu memang surganya kuliner!
iya mas surganya kuliner, sayangnya singkat banget aku perginya