Padang Mangateh adalah destinasi saya selanjutnya. Padang Mangateh yang di bahasa indonesiakan Padang Mengatas merupakan sebuah peternakan sapi terbaik yang ada di Sumatera Barat, atau mungkin se indonesia. Letaknya di Jl. Padang Mengatas Kec. Luhak, kab. Lima Puluh Kota provinsi Sumatera Barat. Sebenarnya tempat ini merupakan Balai Pembibitan Ternak Unggul Hijauan Pakan Ternak (BPTUHPT), tetapi kebanyakan warga sekitar lebih mudah dengan menyingkat namanya. Dan yang sangat perlu di ketahui dari awal membaca artikel saya ini, tempat ini bukanlah tempat umum, jadi jangan kecewa ya teman- teman.
Padang Mangateh – Sejarah.
Tempat ini sudah berdiri sejak zaman – zamannya Belanda menjajah Indonesia. Dan tentu saja yang mendirikannya adalah pemerintah hindia Belanda pada tahun 1916. Banyak sejarah di tempat ini, mulai dari tahun 1955 tempat ini4 merupakan peternakan yang terbesar di Asia Tenggara, dimana ternak yang dipelihara adalah ternak kuda, sapi, kambing dan ayam. Namun tahun 1958 –1961 terjadi pergolakan PRRI, dan lokasi Peternenakan ini dijadikan sebagai basis pertahanan PRRI sehingga tempat ini rusak berat pada saat itu. Setelah beberapa kali melakukan perubahan di dalam perjalanannya, akhirnya dilakukan kerjasama pembangunan kembali Padang Mangateh antara pemerintah RI & Jerman melalui proyek Agriculture Development Project (ADP). BPTU Tahun 1978 Proyek ADP berakhir dan diserahkan kepada Departemen Pertanian dengan nama Balai Pembibitan Ternak – Hijauan Makanan Ternak (BPT – HMT) sesuai dengan SK Menteri Pertanian RI No. 313/Kpts/Org/1978 dengan wilayah kerja 3 propinsi (Sumbar, Riau dan Jambi). Tahun 1978 tempat ini dibiayai oleh Pemda Sumbar dan Pemerintah Pusat. Barulah tahun 1985 seluruh pembiayaan diambil alih oleh pemerintah pusat. Berdasarkan keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No.292/Kpts/OT.210/4/2002 tanggal 16 April 2002 berubah nama menjadi Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU) Sapi Potong ini6 dengan wilayah kerja meliputi seluruh propinsi di Indonesia.
Awal Perjalanan
Seperti yang di ketahui daerah asal saya adalah Pekanbaru Provinsi Riau. Sebuah provinsi tetangga dari Sumatera Barat. Perjalanan untuk menempuh ke tempat ini lebih kurang berkisar 4 jam-an. Sebelumnya saya sudah mempersiapkan terlebih dahulu bagaimana cara kesana. Mulai dari kendaraan (Motor), alamat, hingga cerita – cerita tentang tempat ini dari website BPTUHPT. Saya tentunya tidak langsung pergi kesana, saya hinggap dulu ke kampung saya di Matur Kab. Agam, dan baru esok paginya pergi ke tempat ini. Dari kampung saya ke tempat ini lebih kurang 2 jam. Dan dari beberapa artikel yang sudah saya baca, bahwa tempat ini sangat ramai pada pukul 10.00 WIB ke atas. Entah siapa yang memulai pertama kali menyebarkan gambar tempat ini, yang pasti sangat ampuh sekali. Untuk ke tempat ini saya datang bersama 2 orang teman saya. Perjalanan kami di mulai pada pukul 05.00 pagi dari Matur tempat kami menginap. Hujan rintik menemani perjalanan kami dengan menggunakan sepeda motor. Tujuan kami datang lebih pagi tentu saja untuk menghindari banyaknya masyarakat umum yang datang ke tempat ini. Yah walaupun sedikit hujan, kami akhirnya sampai di tempat ini. Menggunakan google maps tentunya. Sebelum pintu masuk ke daerah ini, kita harus berjalan mendaki, untung saja jalannya sudah di aspal, sehingga tidak menyulitkan. Di daerah ini juga terdapat base camp militer, saya juga tidak menyangka ada disini. Setelah melewati jalan mendaki sekitar 10 menit, terlihat dari kejauhan ada pos satpam. Dan kami berhenti terlebih dahulu sedikit berbincang dengan petugas disana. Oh iya ini bukan perjalanan pertama saya ke tempat ini. 2 minggu sebelum ini saya sudah datang sendiri ketempat ini untuk meliput langsung, namun pada waktu itu juga baru selesai hujan. Sehingga saya tidak mendapatkan gambar yang bagus. Saya juga mengenal petugas di pos ini. Beliau bercerita bahwa beberapa hari yang lalu tempat ini sempat di tutup karena terlalu banyaknya orang yang datang sehingga merusak beberapa ekosistim yang ada di tempat ini. Saya tidak terkejut, karena dalam pertemuan saya pertama kali, saya sudah mewanti – wanti untuk membatasi pengunjung, karena memang tempat ini bukan tempat umum. Tujuan saya kesini pun untuk meliput, ya walaupun ada beberapa foto yang saya ambil dengan background gambar saya sendiri. Setelah berbincang singkat dan mendapatkan izin, saya lanjutkan perjalan terus keatas. Tak jauh mulai kelihatan beberapa sapi di sebelah kiri saya sedang berkumpul. Terus jalan ke depan sampai menemui areal komplek perkantoran. Dengan lekas saya memarkirkan motor saya.
Pesan Pendatang
Untuk melihat areal peternakan sapi seluas lebih kurang 280 hektar ini kita harus berjalan kaki ataupun menggunakan gerobak motor yang dimiliki oleh BPTUHPT. Alhamdulillah kami pada saat itu bertemu dengan bapak kepala balai. Bapak Ir. Sugiono, MP yang pada saat itu sedang membersihkan beberapa tempat di areal peternakan. Kami pun mengutarakan niat kami di tempat ini kepada beliau. Dan pada saat itu juga beliau curhat dengan keadaan yang terjadi beberapa waktu lalu. Beliau sangat kecewa dengan banyaknya tindakan tidak terpuji para pengunjung. “Saya sangat kecewa pada pengunjung, mereka seharusnya tempat ini bukanlan tempat untuk umum. Tempat ini adalah tempat untuk belajar bukan tempat untuk bermain – main ” ujar beliau. Kekecewaan ini sendiri di landasi oleh banyaknya sampah rokok, plastik di tempat ini. Bukan itu saja, rumput rumput ataupun areal yang sudah di pagari di rusak. Sehingga menganggu ekosistim yang ada di peternakan ini. Beliau juga berujar, sudah ada beberapa sapi yang sakit bahkan mati akibat memakan sampah rokok dan plastik. “Awal – awalnya sapi yang terlihat gemuk biasa – biasa saja, namun rentang waktu beberapa hari, sapi – sapi itu semakin kurus, dan setelah di diagnosa baru ketahuan penyebabnya memakan sampah -sampah tadi” ujar beliau. Selain itu sebelumnya ada beberapa oknum petugas yang nakal. Pada pagi hari mereka membiarkan pengunjung masuk dengam menggunakan mobil dengan biaya tertentu. Sehingga dengan banyaknya mobil, rumput rumput banyak yang rusak. Kami yang mendengar itu pun ikut bersedih, padahal 2 minggu sebelumnya saya pernah bertanya dengan petugas disana, bahwa tidak ada masalah jikalau pada pengunjung banyak. Bahkan pada saat itu petugas menjelaskan pengunjung yang datang pada 1 hari bisa mencapai 1000 orang. Wah, apa ga rusak tu bang ujar saya saat itu, tapi petugas tadi tetap bilang, yang rusak bisa di perbaiki. Kembali bersama bapak kepala tadi, beliau juga mengatakan tidak tega dan masih punya hati. Melihat antusias pada pengunjung yang banyak datang dari luar kota, panjang antrian di pos security, maka BPTUHPT kembali di buka setelah beberapa hari di tutup. Lepas dari cerita panjang tadi, beliau mempersilakan kami untuk melanjutkan perjalanan melihat peternakan ini. Beliau juga mengatakan tetap akan menutup kembali tempat ini untuk umum. Oh iya beliau juga sempat berpesan, jika melihat para pengunjung yang menyalahi aturan, mohon di bantu untuk mengawasi dan memberikan mereka edukasi.
Peternakan Sapi.
Karena masih pagi hari, maka alhamdulillah tempat ini masih sepi. Dengan berjalan kaki kami mulai mengexplore tempat ini. Mengambil beberapa foto dan mencari ilham untuk memuat cerita ini. Peternakan ini sendiri memiliki jalan lebih kurang 2 km dari luar 280 hektar lahan. Sapi disini ada 3 jenis diantaranya, sapi Limousine, sapi Simmental dan sapi lokal sapi pesisir. Total ada lebih kurang 2000an sapi yang ada di tempat ini. Kiri kanan yang terlihat adalah sebuah halaman rumput luas di mana di tempat ini para sapi dapat mengkonsumsi rumput. Terlihat juga bak – bak penampungan air untuk minum para sapi. Di sekeliling area semua di pagari kawat berduri, saya sempat heran bagaimana para pengungjung bisa masuk kedalam, padahal ada kawat berduri. Wah bakal jadi perjalanan yang panjang nih, perlahan kami terus berjalan, baru jalan sedikit kami sudah lelah. Maklum jarang olahraga, tapi itu semua tidak mengurangi niat kamu untuk terus mengikuti jalan ini. Naik – naik ke puncak gunung tinggi – tinggi sekali…. sambil bernyanyi kami terus naik. Oh iya tempat ini di bawah kaki gunung Sago loh, jadi dari tempat ini kamu bisa melihat pemandangan yang menarik. Kota ataupun perumahan penduduk dari kejauhan, deretan perbukitan hijau bisa kita liat dari jarak pandang di atas ini. Luar biasa nikmat tuhan, ini surga mata. Hijau yang bisa menyejukkan pikiran. Di sekitar areal ini terlihat beberapa pengunjung mengabadikan momen – momen dengan berfoto. Ada juga yang sedang beristirahat karena lelah mengeksplore tempat ini. Sayangnya ketika pagi ini kami datang cuaca sedang tidak bersahabat. Cuaca baru selesai hujan sehingga ada kabut yang mengitari daerah ini. Udara disini sangat sejuk jadi memang betul betul nyaman. Setelah puas mengexplore tempat ini, kami pun kembali turun. Perjalanan turun pun lebih cepat dari pada perjalanan mendaki hahaha. Sebelum sampai di areal motor tadi, saya dan teman – teman sempat berselfie dengan beberapa sapi. Tapi kayanya saya saja hahaha.
Akhir Perjalanan.
Perjalanan kami berakhir ketika hujan rintik mulai turun. Kami segera turun dengan berlari untuk ke areal parkir motor. Hujan lebat pun turun, saya dan teman – teman berteduh di kantin BPTUHPT. Sambil menunggu hujan reda, saya kembali berbincang dengan para petugas disana. Ada yang mengganjal di pikiran saya, dengan jumlah sapi jantan yang terbatas, bagaimana mereka membuahi sapi – sapi betina. Petugas tersebut menjelaskan bahwa pada ternak ini di lakukan kawin suntik atau yang lebih di kenal dengan Insemnasi buatan. Prosesnya dengan menggandakan sperma jantan dan lalu membekukan sperma tersebut. Lalu memasukkan mani (sperma atau semen) yang telah dicairkan dan telah diproses terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan ke dalam saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut ‘insemination gun’. Wah ternyata bisa ya kaya gini. Salah satu keuntungannya adalah bisa mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik. Jadi pengelolaan sapi bisa lebih baik.
Akhirnya hujan pun reda, kami pun berpamitan dengan para petugas disana. Ini merupakan perjalanan edukasi yang sangat baik. Beberapa hari sebelum cerita ini saya post, saya dapat kabar kalau BPTUHPT di tutup. Entah sampai kapan tempat ini ditutup untuk umum. Saya hanya berharap teman – teman yang ingin datang ke tempat ini belajar dari pengalaman. Lebih menghargai alam dan menjaganya. Buang sampah pada tempatnya juga gan. Dari beberapa petugas tadi juga kami mendapat informasi, penyumbang perusakan ekosistim banyak dari kalangan remaja. Untuk teman – teman yang benar – benar ingin ketempat ini untuk berwisata sambil belajar mungkin bisa melalui formulir pendaftaran kunjungan, ataupun pelatihan. Bisa di dapat di website resmi BPTUHPT. Silakan isi form dan mengikuti syarat yang ada disana. So cintai alam dengan menjaganya. Salam Kambut.